Minggu, 26 November 2017

Makalah Tafsir Tahlili Surah At-Taubah (Ayat 37-40)


A.    Pendahuluan
Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai mu’jizat yang ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan dengan mutawattir serta membacanya adalah ibadah. Diturunkannya kepada jin dan manusia agar bisa dijadikan petunjuk (huda) dan pembeda (furqan) antara kebenaran dan kesesatan.
Kalau bukan karena kebenaran Al-Qur’an, agama Islam ini ditinggalkan oleh masyarakat, karena ulah sebagian umat Islam yang justru bertentangan dengan ajaran agamanya. Maka, kalau melihat sesuatu, kita harus melihat kebenaran satu ajaran, bukan melihat orangnya. Al-Qur’an adalah Haq, kebenaran sejati yang sesuai dengan kenyataan. Muncul dari Dzat Yang Haq. Sumber kebenaran dan kebaikan. Sumber nilai yang paripurna. Marilah kita perbaiki citra Islam yang santun, moderat, tasamuh, cinta kepada perdamaian sesuai dengan nilai-nilai kebenaran dalam Al-Qur’an.[1]

B.     Pembahasan
Tafsir Tahlili
Surah At-Taubah Ayat 37-40
إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ   
Artinya: “Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah menambah kekafiran. disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, Maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Ayat 37)

Tafsir Mufradat
Kata النسئ berasal dari kata nasa’a yang bekmakna mengundur-undur dari tempatnya. Sedangkan secara terminologi dalam ayat ini bermaksud pengunduran penghormatan satu bulan kepada bulan yang lain, sebagaimana yang selalu dilakukan oleh kaum jahiliyah.[2] An-nasi’ menurut Quraish Shihab merupakan penambahan dalam kekufuran setelah sebelumnya mereka telah kufur dengan kemusyrikan. Kalimat زيادة فى الكفر (penambahan dalam kekufuran) karena dengan penundaan itu mereka melecehkan ketetapan Allah dan tidak mengakui ketentuan-Nya dalam hal waktu pengagungan bulan-bulan. [3]

Asbab An-Nuzul
Ibnu Jarir ath-Thabari meriwayatkan dari Abi Malik dia mengatakan bahwa, “Orang-orang Arab dulu menjadikan satu tahun tiga belas bulan. Mereka menjadikan bulan Muharram sebagai bulan Shafar, maka mereka dalam bulan itu menghalalkan hal-hal yang diharamkan.” Lalu Allah menurunkan ayat ini.[4]

Tafsir
Menambah jumlah bulan yang agung di luar ketetapan Allah berarti menambah kekafiran. Kaum kafir menjadi sesat karena mereka menghalalkan berperang pada tahun tertentu, dan mengharamkannyapada tahun yang lain. Mereka membuat demikian untuk menyesuaikan bulan-bulan agung yang telah ditetapkan oleh Allah dengan kepentingan mereka.[5]
Ayat ini menerangkan bahwa pengunduran keharaman bulan kepada bulan selanjutnya seperti pengunduran bulan Muharam ke bulan Safar dengan maksud agar pada bulan Muharam itu diperbolehkan berperang, adalah suatu kekafiran karena menganggap dirinya sama dengan Tuhan dalam menetapkan hukum. Telah jelas dan diakui semenjak Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail bahwa pada bulan-bulan haram itu tidak diperbolehkan berperang. Tetapi karena orang-orang musyrikin itu tidak dapat menguasai dirinya untuk tiuntuk tidakakak berper berperang selama tiga bulan berturut-turut yaitu pada bulan Zulkaidah, Zulhijjah dan Muharam, maka kesucian pada bulan itu digselama tiga bulan berturut-turut yaitu pada bulan Zulkaidah, Zulhijjah dan Muharam, maka kesucian pada bulan itu digeser ke bulan lan lain sehingga mereka mendapat kesempatan untuk berperang an untuk berperang padpadaa  bubulan Muharam.[6]


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (Ayat 38)

Tafsir Mufradat        
Kata انفروا adalah fi’il amr (menunjukkan perintah) berasal dari kata nafara – yanfiru – nafiran, yaang berarti terkejut karena sesuatu lalu lari, bersegera kepada sesuatu, atau berarti menyerahkan diri.[7] Jadi pengertian infiru fisabilillah bersegeralah kamu, atau berangkatlah dengan segera dan serahkanlah dirimu pada jalan Allah.

Asbab An-Nuzul
Ibnu jariri meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia berkata tentang ayat ini, “Ini ketika mereka diperintahkan untuk pergi dalam Perang Tabuk setelah penaklukan Mekah. Mereka diperintahkan untuk berangkat pada waktu musim panas yang terik, padahal buah-buahan sedang waktunya masak dan mereka ingin berteduh serta mereka merasa berat untuk pergi. Maka Allah menurunkan ayat ini.[8]

Tafsir
Wahai kaum mukmin, mengapa kalian merasa sangat keberatan ketika diperintahkan kepada kalian: “Pergilah berjihad untuk membela Islam?” Apakah kalia lebih mencintai kehidupan dunia daripada kehidupan Akhirat?” Padahal kesenangan dunia hanyalah sedikit jika dibandingkan dengan kesenangan di akhirat.[9]
Ayat ini dan ayat-ayat berikut merupakan dorongan kepada kaum muslimin untuk tampil  berjuang di jalan Allah. Ia dikemukakan dalam bentuk teguran karena sebagian dari mereka bermalas-malasan atau enggan menyambut ajakan berjihad. Dalam hal ini adalah berjihad ke Tabuk. Karena itu, seperti di tulis Ibnu Athiyah yang dikutip oleh Thahir Ibnu ‘Asyur, bahwa tidak ada perbedaan pendapat ulama menyangkut latar belakang penurunan (asbab an-nuzul) ayat ini, yakni untuk menegur siapa yang enggan ikut dalam Perang Tabuk. Atas dasar itu, ayat ini berhubungan dengan firman-Nya sebelum ini yang memerintahkan memerangi kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka memerangi kaum muslimin semuanya (baca ayat 36 surah ini) dan firman-Nya yang memerintahkan memerangi orang-orang yang tidak beriman (ayat 26) sampai dengan kecamannya kepada yang menumpuk harta dan tidak menafkahkannya (ayat 34). Demikian Ibnu‘Asyur menghubungkan ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya.[10]
Dari mulai ayat 38 ini, sampai akhir surat, adalah pembicaraan disekitar perang Tabuk. Tiga pihak musuh  yang dihadapi Islam: pertama kaum musyrikin yang berpusat di Mekkah. Maka dengan menaklukan Mekkah dan kemenangan di Hunaian, perlawanan besar-besaran dari pihak musyrikin boleh dikatakan sudah berhenti.
Pihak kedua ialah Yahudi. Dengan pengusiran bani Nadhir, dan penumpasan habis-habisan atas bani Quraizhah dan penaklukan benteng mereka di khaibar, perlawanan yahudi pun tidak ada lagi. Tetapi Rasulullah masih wajib menghadapi pihak yang ketiga, yaitu bangsa Rum yang menguasai tanah arab sebelah utara (Syam) yang diikuti oleh bangsa Arab sendiri yang telah memeluk agama Nasrani, yaitu agama yang dipeluk penjajah mereka. Orang Rum dan orang arab sendiri yang telah memeluk agama orang rum itu, yaitu agama Nasrani, dipandang sebagai ahli kitab, pada mulanya Rasulullah s.a.w. ingin membentuk pertetanggaan yang baik dengan pihak kerajaan yang besar itu. Beliau pernah mengirim surat dan utusan supaya mereka memeluk Islam.
Kekuasan bangsa rum tidaklah senang atas timbulnya kekuatan baru ditanah Arab ini. Suatu agama yang mengajarkan bahwa Allah hanya satu, tidak beranak dan diperanakan. Suatu agama yang mangajarkan bahwa dosa Adam tidak diwariskan kepada anak cucunya, dan tidaklah Almasih dikirim Allah ke dunia untuk menebus dosa manusia. Suatu agama yang menolak segala ajaran yang memandang manusia  sebagai Tuhan dan anak Tuhan.
Oleh sebab itu sejak tahun keempat dari hijrah Nabi s.a.w ke Madinah, menyuruh penduduk Madinah selalu was-was dan memperbanyak ronda. Kemungkinan Madinah akan dihancurkan  sudah menjadi pendapat umum, di Madinah pada waktu itu.
Maka sehabis penaklukan Makkah dan enam bulan setelah penduduk Thaif mengaku tunduk memeluk Islam, sampailah berita yang dibawa oleh saudagar-saudagar yang pulang balik antara madinah dan Syam bahwa tentara Rum telah mengerahkan suatu tentara yang besar akan menyerang Madinah. Kabilah-kabilah Lakham dan Juzam dan kabilah-kabilah arab yang telah memeluk agama Nasarani menggabung pula kedalam tentara beasar itu. Mereka berkumpul di negeri Sulaqa’. Demikianlah berita yang diterima menurut riwayat Ibnu Sa’ad.
Setelah mendengar berita-berita yang demikian dan disesuaikan kebenarannya dengan berita yang lain, maka Rasulullah s.a.w memandang bahwa sebelum tentara musuh itu sampai menunjuka tujuannya kemadinah, hendaklah didahului.
Tetapi peperangan yang akan dihadapi ini dirasai sendiri memang suatu peperangan besar. Sedang kala itu keadaan amat sukar. Yaitu pada bulan Rajab tahun kesembilan, bertepatan dengan pertengahan musim panas. Dan pertengahan musim panas itu pula musim pemetikan terakhir dari kebun-kebun kurma. Sedang peperangan ini  diundurkan atau bertahan saja di madinah, tidak diserbu sebelum musuh itu dating, bahaya beasar lah ayang akan di  hadapi. Oleh sebab itu Rasulullah SAW yang sekali ini keluar dari kebiasaanya. Kebiasaan  kalau pergi perang tidak banyak cakap dan kemana tujuan disembunyikan saja. Mujahidin hanya disuruh taat dan ikut. Tapi kali ini Rasulullah SAW menyerukan berperang dengan terang-terang. Apalagi perjalanan kali ini  akan jauh, yaitubke Tabuk. Jarak anatar Tabuk dengan Madinah, ialah 14 marhalah ata8 14 perhentian. Dan jarak antara  Tabuk dengan Syam 11 perhentian. Dalam hitungan kilometer zaman sekarang jarak madinah dengan tabuk adalah 692 Km dan jarak Tabuk dengan Syam ialah 610 Km. Jarak Madinah dengan Damaskus adalah 1302 Km. lantaran itu maka Tabuk adalah di tengah-tengah anatar madinah dengan Damaskus.
Pada masa sulit itu para sahabat berlomba untuk mengatasi kesukaran yang akan dihadapi oleh orang Islam dalam perperang nanti. Melihat yang demikian  terharu Rasulullah SAW. Disamping itu ada pula golongan yang lemah hati, mengemukakan dalih. Yang banyak  istirahat bersenang diri, meresa berat diajak. Maka datanglah ayat-ayat ini, mengahardik orang-orang yang lemah iman itu. Membuka hati orang munafik. Ayat-ayat yang begitu tajam mengkritik bahwa simunafiklah yang menyebabkan bahwa surat ini bernama juga surat Al-fadhihah yang artinya membuka rahasia yang memberi malu kepada orang munafik.
“Wahai orang-orang yang beriman” (pangkal ayat 38). Pangilan mulia kepada orang yang telah percaya kepada Tuhan, apabila mereka disuruh mengerjakan atau memikul beban yang berat dan melaksanakan suatu kewajiban: “Gerangan apakah sebabnya jika dikatakan kepada kamu: berperanglah pada jalan Allah, kamu beratkan badan kamu kebumi ?”. Panggilan perang, seruan memangul senjata menghadapi musuh, pengerahan menyusun barisan di Nafir. Dari sanalah diambil kalimat Nafiri buat nama dari terompet penyeru perang. Sekarang nafiri atau seruan itu telah sampai dari Rasul, mengapa kamu merasa keberatan, berat kamu mengangkat dirimu dari tempat dudukmu? Tidak segera tegak dan siap? Seakan-akan pinggulmu melekat pada bumi?.
Disini dipanggil tuahnya, yaitu seluruh orang yang beriman. Meskipun tidak semua merasa berat diri buat bangkit, namun dengan panggilan kepada orang-orang yang beriman itu, dengan sendirinya hilanglah rasa keberatan, kalau masih ada dalam hati yang teguh iman, karena waktu itu memang sangat susah, musim panas, kurang belanja, musim memetik buah dan sebagainya. Tetapi orang yang lemah iman dan munafik niscaya dsangat terkena denga kritik yang tajam ini. Sebab nama panggilan iman telah diseur oleh Tuhan, tidak mungkin orang beriman terpengaruh oleh segala keberatan itu; “ Apakah kamu lebih suka hidup didunia daripada diakhirat?”. Apakah yang menyebabkan kamu keberatan pergi? Adakah karena merasa enak duduk dirumah, atau karena keberatan pergi? Adakah karena merasa enak duduk dirumah, atau karena berat meninggalkan hasil kebun  yang tengah di petik? Padahal semuanya itu adalah dunia belaka? Sedang berjalan jihad menegakan agama Allah adalah karena menuju bahagia hidup di akhirat? : “maka tidaklah ada bekal hidup didunia itu, terhadap akhirat, melainkan sedikit.”.
Segala yang menyebabkan kamu berat pergi itu hanyalah bekal didunia belaka. Rumah yang akan kamu tinggakan, kebun yang akan dipetik isinya, keenakan duduk dirumah bercengkrama dengan anak istri, semuanya itu hanyalah bekal hidup sementara, yang tidak ada artinya jika dibandingkan dengan nikmat Allah yang akan kamu terima diakhirat, karena taat dan patuh menjalankan perintah Allah.[11]

إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ  
Artinya: “Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ayat 39)

Tafsir Mufradat
Kalimat إِلَّا تَنْفِرُوا jika kalian tidak keluar bersama Nabi Muhammad saw. untuk berjihad. Kata  أَلِيمًا dibuat sakit (pedih). وَلَا تَضُرُّوهُ kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya, maksudnya Allah atau Nabi Muhammad saw.[12]

Asbab An-Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Najdah bin Nufai’, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai ayat ini, dan beliau menerangkan bahwa Rasulullah memerintahkan salah satu suku untuk perang, tapi mereka merasa berat melaksanakan perintah beliau, maka Allah menurunkan ayat ini.[13]

Tafsir
Wahai kaum mukmin, jika kalian tidak mau pergi berperang, maka Allah akan mengadzab kalian dengan adzab yang pedih. Allah akan mengganti kalian dengan kaum lain yang mau berjihad, dan kalian tidak akan dapat sedikitpun merugikan Rasul Allah. Allah maha kuasa mengatur semuanya.[14]
Pada ayat ini Allah swt. mengancam orang-orang yang tidak patuh dan tidak mau tunduk memenuhi anjuran dan perintah Nabi Muhammad saw. untuk pergi berperang. Mereka akan disiksa di dunia ini antara lain dengan kehancuran, kelaparan, dan lain-lainnya, dan mereka akan diganti dengan satu kaum yang taat kepada Allah swt., patuh pada Rasul-Nya mencintai Rasul-Nya dan membantu Nabi saw. menegakkan agama yang dibawanya. Pembangkangan mereka terhadap anjuran dan perintah Nabi Muhammad saw. pergi berperang untuk menegakkan agama, tidaklah akan memberi mudarat kepada Allah swt. sedikit pun dan tidak pula memberikan manfaat sebagaimana firman Allah yang disabdakan Rasulullahsaw:
Artinya: “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak akan bisa menyampaikan mudarat kepada-Ku hingga kamu dapat menyusahkan Aku, begitu juga kamu tidak dapat memberikan manfaat kepada-Ku hingga kamu dapat memberikan pertolongankepada-Ku.” (H.R. Muslim dari Abu Zar al-Gifari).[15]
Orang-orang merasa berat untuk keluar berperang dalam perang Tabuk memerangi bangsa Romawi karena bebrapa sebab; Pertama, beratnya musim panas dan paceklik. Kedua, jauhnya jarak perjalanan dan membutuhkan untuk persiapan yang banyak karena melebihi peperangan biasanya. Ketiga, waktu panen buah di madinah saat itu. Keempat, sangat panas pada saat itu. Kelima, kewibawaan pasukan Romawi.[16]

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ   
Artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ayat 40)

Tafsir Mufradat
Kalimat إِلَّا تَنْصُرُوهُ maksudnya jika kalian tidak menolong Rasul-Nya, Allah akan menolong dan membantunya, mencukupinya dari pihak lain dan menjaganya, sebagaimana Dia berkuasa menolongnya pada waktu hijrah ketika orang-orang Musyrik berkeinginan membunuh, menahan atau mengusir dari negerinya.[17]
Firman-Nya: إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواketika orang-orang kafir mengeluarkannya menunjukkan secara tegas bahwa hijrah Rasul saw. ke Madinah, walaupun atas restu Allah, penyebabnya adalah sikap permusuhan kaum musyrikin Mekkah. Itu sebabnya beberapa saat sebelum meninggalkan kota Mekkah, beliau bersabda mengarahkan ucapan kepada tumpah darahnya bahwa: “Demi Allah, engkau adalah tempat yang paling kumuliakan. Seandainya pendudukmu tidak mengeluarkan (mengusir) aku, niscaya aku tidak akan keluar meninggalkanmu.”[18]      

Tafsir
Wahai kaum mikmin jika kalian tidak mau menolong Rasul. Maka Allah telang menolongnya ketika kaum kafir Quraisy mengusirnya dari Makah. Rasul disertai oleh Abu Bakar, sehingga menjadi berdua ketika berada di gua Tsur. Wahai kaum mukmin, ingatlah ketika Rasul berkata kepad Abu Bakar: “Janganlah kamu merasa sedih. Allah pasti membela kita.” Wahai kaum mukmin ingatlah ketika perang Badar, Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul dan menguatkan pasukannya dengan tentara-tentara yang tidak kalian lihat. Allah telah menetapkan bahwa gama orang kafir itu hina,  sedangkan agama Allah itu mulia. Allah Mahaperkasa mengalahkan orang kafir, dan Maha Bijaksana mengatur siasat-Nya.[19]
Pada ayat ini Allah swt. tidak membenarkan sangkaan orang-orang musyrik, bahwa perjuangan Nabi Muhammad saw. tidak akan berhasil apabila mereka tidak ikut membantunya. Sekali pun mereka tidak ikut membantunya, maka sudah tentu Allah akan membantunya. Hal ini telah dibuktikan oleh Allah swt., yaitu ketika rumah Nabi Muhammad saw. dikepung rapat-rapat oleh orang-orang Quraisy yang akan membunuhnya. Pembunuhan itu dimaksudkan untuk membendung dan menghentikan dakwah Islamiah yang mereka khawatirkan, makin hari makin meluas pengaruhnya. Atas pertolongan dan bantuan Allah swt. Nabi Muhammad saw. dapat lolos dari kepungan mereka yang ketat sehingga dengan perasaan aman beliau keluar dari rumahnya menuju suatu gua di gunung Sur tempat persembunyiannya untuk sementara ditemani oleh sahabat setianya Abu Bakar. Sedang di waktu Nabi keluar dari rumahnya itu orang yang mengepung itu pun berada dalam keadaan tidur nyenyak sampai pagi. 
Demikianlah Allah swt. menggagalkan niat jahat mereka. Setelah mereka bangun dari tidurnya dan melihat Nabi Muhammad saw. sudah tidak ada lagi di tempat tidurnya, tetapi yang ada ialah Ali bin Abu Talib, mereka merasa kecewa dan marahnya pun bertambah terutama ketika mereka yakin bahwa yang menaburkan pasir ke telinga mereka ialah Nabi Muhammad saw. sendiri. Segeralah mereka mengikuti jejak Nabi saw. dengan penuh amarah sehingga sampai di gua Sur. Melihat situasi gawat itu Abu Bakar merasa cemas dan berkata: "Wahai Rasulullah, demi Allah andaikata ada salah seorang di antara mereka mengangkat kakinya pasti dia dapat melihat kita berada di bawah kakinya." Nabi Muhammad saw. menjawab: "Wahai Abu Bakar, janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Nabi Muhammad saw. bersama Abu Bakar di dalam gua Sur, senantiasa berada di bawah pertolongan, bantuan, kekuasaan dan lindungan Allah. Allah menetapkan ketenangan hati Nabi saw. dan Abu Bakar serta memberikan bantuan tentara yang tidak dilihatnya sehingga selamatlah keduanya di dalam gua Sur, dan gagallah niat jahat mereka itu. Firman Allahswt:

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuh atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (Q.S. Al-Anfal: 30) 
Dan firman-Nya: 
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ
Artinya: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia. (Q.S. Mu'min: 51)

Allah swt. selalu menempatkan orang-orang kafir itu di tingkat yang rendah, selalu kalah. Dan kalimat Allah yaitu agama yang didasarkan atas tauhid, jauh dari syirik, selalu ditempatkan di tempat yang tinggi mengatasi yang lain. Allah swt. Maha Kuasa dan Maha Perkasa, selalu menang tidak ada yang dapat mengalahkannya, Maha Bijaksana, menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dialah yang selalu menolong memenangkan Rasulullah saw. dengan kekuasaan-Nya, memenangkan agama-Nya dan agama-agama yang lain dengan kebijaksanaan-Nya sebagaimana firman Allah swt:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Artinya: Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Alquran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Q.S. At Taubah: 33)[20] 

Penutup
Kesimpulan
Surat At-Taubah Ayat 37
1.      Haram melakukan tipu muslihat terhadap syari’at dengan memberikan fatwa-fatwa yang batil, seperti menghalalkan yang diharamkan. Padahal tipu muslihat tidak lain hanyalah menambah dosa.
2.      Setan selalu memperindah yang batil dan menganggap yang baik mungkar.
3.      Orang-orang fasik dan orang-orang kafir terhalang hidayah dan taufik yang di dalamnya terdapat kebaikan dan kebenaran, baik di dunia apalagi di akhirat.




Surat At-Taubah Ayat 38-40
1.      Kewajiban untuk berjihad jika pemimpin menyerunya dengan seruan umum, yaitu apa yang dikenal sebagai mobilisasi masyarakat atau kelompok.
2.      Kewajiban berperang di jalan Allah bukan jalan selain Allah Swt.
3.      Menjelaskan bahwa dunia ini sangatlah hina dan pendek dibandingkan akhirat.
4.      Kewajiban menolong Rasulullah saw dalam agamanya, umatnya dan sunahnya.
5.      Penjelasan tentang kemuliaan dan keutamaan Abu Bakar Ash-Siddiq.
6.      Islam adalah agama yang tinggi dan tidak ada agama yang tinggi darinya.
























Daftar Pustaka

Al-Ma’aniy. Mu’jam Lisan Al-‘Arab.
Al-Quranul Karim. Tarjamah Tafsiriyah, (Yogyakarta: Ma’had An-Nabawy, 2011).
As-Suyuthi, Jalaluddin. Asbab An-Nuzul.Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani dkk. (Depok: Gema Insani, 2008).
Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir. Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani dkk. (Depok:  Gema Insani, 2005). Jilid 5
Departemen Agama, Al-Qur’an dan  Tafsirnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007. ), Jilid 4.
Hamka, Buya. Tafsir Al-Azhar. PT Pustaka Pansimas. (Jakarta: 1995,  Juz 10).
Muhammad, Ahsin Sakho. Oase Al’Quran Penyejuk Kehidupan. (Jakarta: PT Qaf Media Kreativa, 2017).
Shihab, M. Quraish, Tafsir AL-Mishbah. (Jakarta: Lentera Hati, 2012).  Jilid 5.



[1] Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al’Quran Penyejuk Kehidupan, (Jakarta: PT Qaf Media Kreativa, 2017), hal. 10
[2] Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani dkk (Depok: Gema Insani, 2005), Jilid, 5, hal. 457
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir AL-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2012), Jilid 5, hal. 92
[4] Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir... hal. 458
[5] Al-Quranul Karim, Tarjamah Tafsiriyah, (Yogyakarta: Ma’had An-Nabawy, 2011), hal. 194
[6] Departemen Agama, Al-Qur’an dan  Tafsirnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007. ), Jilid 4, hal. 113
[7] Al-Ma’aniy, Mu’jam Lisan Al-‘Arab
[8] Jalaluddin As-Suyuthi, Asbab An-Nuzul,Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani dkk (Depok: Gema Insani, 2008), hal. 283
[9] Al-Quranul Karim, Tarjamah Tafsiriyah, .... hal. 194
[10] M. Quraish Shihab, Tafsir AL-Mishbah,.... hal. 100
[11] Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta:PT Pustaka Pansimas, 1995, Juz 10), hal. 212-213
[12] Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir,.... hal 468
[13] Jalaluddin As-Suyuthi, Asbab An-Nuzul,.... hal. 283-289
[14] Al-Quranul Karim, Tarjamah Tafsiriyah, .... hal. 194
[15] Departemen Agama, Al-Qur’an dan  Tafsirnya,.... hal.117
[16] Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, .... hal. 469
            [17] Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir,.... hal 471
            [18] M. Quraish Shihab, Tafsir AL-Mishbah,.... hal. 105
            [19] Al-Quranul Karim, Tarjamah Tafsiriyah, .... hal. 194
            [20] Departemen Agama, Al-Qur’an dan  Tafsirnya,.... hal. 118-119

Tidak ada komentar:

Posting Komentar