“Inilah saya bagi keluarga dan kontribusi yang telah,
sedang dan akan saya berikan untuk indonesia”
Oleh:
Muhammad Ade Sevtian
Berbagai aktivitas kita lakukan
baik berupa fisik maupun nonfisik. Setiap individu pada dasarnya ingin
melakukan hal bermanfaat terhadap diri dan sesama, namun ada yang hanyut
termakan oleh kesia-siaan. Kemungkinan besar ini disebabkan oleh energi-energi
negatif pada diri yang terus berkembang seiiring berjalannya waktu. Sebaliknya
jika energi positif yang terus berkembang maka tersingkaplah energi negatif dan
menghasilkan pribadi yang baik. Hal ini
juga disabdakan oleh nabi Muhammad saw:
Dari An Nu’man bin Basyir r.huma, Nabi saw bersabda,
أَلاَ
وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ،
وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad
itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia
rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Muhammad Ade
Sevtian namaku, lahir pada tanggal 07 September tahun 1996. Aku anak kedua dari tiga
bersaudara. Semuanya lelaki, jadi di keluargaku yang paling cantik adalah
ibuku. Kami hidup dalam keluarga yang sederhana. Namun aku bersyukur berada
di dalamnya, meskipun kehidupan keluarga terkadang tak harmonis.
Ayahku adalah
seorang pekerja keras. Banyak pekerjaan yang telah ia tekuni. Seperti buruh
kapal, nelayan, pelaut, dll. Dahulu sewaktu ayah menjadi nelayan, ia jarang
pulang kerumah, bahkan bisa sampai berbulan-bulan. Makanya aku lebih dekat
dengan ibuku. Di samping itu, ayah juga pernah membuat usaha jualan es krim dan
minyak tanah, namun tak bertahan lama. Sedangkan Ibuku seorang penjahit baju. Selain
menjahit ibuku juga mencari tambahan sampingan seperti menjual nasi uduk, gorengan, dan berbagai
macam aneka jenis kue. Dan sekarang
ibuku juga mengajar di PAUD. Sebelum hijrah keseharianku ialah membantu
kedua orang tua, misalnya mengantar pesanan kue kewarung-warung dan sebagainya.
Inilah kenangan yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidupku.
Melalui
bimbingan seorang Ibu yang suci hatinya, keperibadianku mulai dibentuk sejak
dini. Ia mengajarkanku akhlak yang agamis di keluarga yang terkadang tak
harmonis. Aku mulai terdidik untuk selalu tekun dalam belajar. Setiap sore
diantarnya aku bersama abangku untuk belajar mengaji dan malam belajar belajar
dirumah. Ini rutin ia lakukan dengan harapan anaknya menjadi orang hebat kelak, dan tak bernasib seperti orang tuanya.
Kampung
Bugis, ya inilah nama desaku. Sebuah desa kecil yang terdapat di pelosok Kota
Tanjungpinang Kepulauan Riau. Disinilah aku habiskan masa kecil bersama
teman-teman di kampung sebelum akhirnya berhijrah mengejar mimpi, dan
pulang untuk mengabdi.
Sejak
SD hingga SMP peringkatku di kelas tidak pernah keluar dari 6 besar bahkan
pernah meraih peringkat 1 dua tahun berturut-turut. Di kelas 5 SD aku pernah
mengikuti olompiade matematika mewakili sekolah di tingkat kota, namun belum
bisa meraih juara. Hal ini tak membuatku putus asa, melainkan sebaliknya.
Sedangkan di SMP aku pernah mewakili JUMBARA (Jumpa Bakti Gembira) Palang Merah
Indonesia Se-ASEAN di Batam.
Setelah
SMP aku mondok di Ponpes Madrasatul Qur’an Tebuireng Jombang Jawa Timur. ‘Ala
kullihal aku mendapatkan beasiswa untuk mondok disana selama tiga tahun
oleh dari seseorang. Tepat pada 30 Juni 2011 dihari ulang tahun ibuku aku mulai
melangkahkan kaki untuk berhijrah. Aku berangkat bersama rombongan yang
lain, kami berangkat menggunakan kapal PELNI. Keluargaku hanya menghantarkan
hingga di Pelabuhan karna keterbatasan dana kala itu. Sekitar 3 hari menempuh
perjalanan sampailah kami di Kota Santri Jombang.
Banyak
kisah bahagia, sedih maupun pahit ku alami di kota ini. Tiga tahun berlanjut
tercapailah cita-cita menjadi seorang yang hafal Al-Qur’an. Tamat Aliyah aku
melanjutkan pengabdian sekaligus tabarrukan di kota Khatulistiwa
Pontianak. Sekitar setahun aku berada di kota ini. Banyak kenangan di dalamnya.
Di kota ini aku juga pernah mengikuti MTQ tingkat kecamatan dan kota.
Alhamdulillah hasilnya memuaskan.
Sekarang
aku kuliah di Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta semester
V. Sedangkan domisiliku di Pesantren Lingkar Studi Al-Qur'an (eLSiQ). Pesantren yang berada di dalam perumahan, disinilah aku banyak mengetahui arti kehidupan dan belajar mengabdi kepada masyarakat. Kedepan aku berharap bisa membangunkan mudghah keluarga, kampung,
kota, dan negara yang telah lama tertidur. Terlepas dari semua itu tidak ada
kuasa melainkan kuasa Tuhan yang mampu merubah segalanya, namun aku berharap
bisa menjadi miftah (kunci) untuk nya. Wallahua’lam Bishawab.
Esai
ini saya lampirkan demi memenuhi persyaratan Beasiswa Baituzzakah Pertamina (BAZMA). Sekian Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar