Minggu, 01 Oktober 2017

Baituzzakah Pertamina, Beasiswa BAZMA Pertamina 2017, Scholarship Baituzzakah Pertamina

“Inilah saya bagi keluarga dan kontribusi yang telah, sedang dan akan saya berikan untuk indonesia”
Oleh:
Muhammad Ade Sevtian
Berbagai aktivitas kita lakukan baik berupa fisik maupun nonfisik. Setiap individu pada dasarnya ingin melakukan hal bermanfaat terhadap diri dan sesama, namun ada yang hanyut termakan oleh kesia-siaan. Kemungkinan besar ini disebabkan oleh energi-energi negatif pada diri yang terus berkembang seiiring berjalannya waktu. Sebaliknya jika energi positif yang terus berkembang maka tersingkaplah energi negatif dan menghasilkan  pribadi yang baik. Hal ini juga disabdakan oleh nabi Muhammad saw:
Dari An Nu’man bin Basyir r.huma, Nabi saw bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Muhammad Ade Sevtian namaku, lahir pada tanggal 07 September tahun 1996. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Semuanya lelaki, jadi di keluargaku yang paling cantik adalah ibuku. Kami hidup dalam keluarga yang sederhana. Namun aku bersyukur berada di dalamnya, meskipun kehidupan keluarga terkadang tak harmonis.
Ayahku adalah seorang pekerja keras. Banyak pekerjaan yang telah ia tekuni. Seperti buruh kapal, nelayan, pelaut, dll. Dahulu sewaktu ayah menjadi nelayan, ia jarang pulang kerumah, bahkan bisa sampai berbulan-bulan. Makanya aku lebih dekat dengan ibuku. Di samping itu, ayah juga pernah membuat usaha jualan es krim dan minyak tanah, namun tak bertahan lama. Sedangkan Ibuku seorang penjahit baju. Selain menjahit ibuku juga mencari tambahan sampingan seperti  menjual nasi uduk, gorengan, dan berbagai macam aneka  jenis kue. Dan sekarang ibuku juga mengajar di PAUD. Sebelum hijrah keseharianku ialah membantu kedua orang tua, misalnya mengantar pesanan kue kewarung-warung dan sebagainya. Inilah kenangan yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidupku.
Melalui bimbingan seorang Ibu yang suci hatinya, keperibadianku mulai dibentuk sejak dini. Ia mengajarkanku akhlak yang agamis di keluarga yang terkadang tak harmonis. Aku mulai terdidik untuk selalu tekun dalam belajar. Setiap sore diantarnya aku bersama abangku untuk belajar mengaji dan malam belajar belajar dirumah. Ini rutin ia lakukan dengan harapan anaknya menjadi orang hebat kelak, dan tak bernasib seperti orang tuanya.
Kampung Bugis, ya inilah nama desaku. Sebuah desa kecil yang terdapat di pelosok Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau. Disinilah aku habiskan masa kecil bersama teman-teman di kampung sebelum akhirnya berhijrah mengejar mimpi, dan pulang untuk mengabdi.
Sejak SD hingga SMP peringkatku di kelas tidak pernah keluar dari 6 besar bahkan pernah meraih peringkat 1 dua tahun berturut-turut. Di kelas 5 SD aku pernah mengikuti olompiade matematika mewakili sekolah di tingkat kota, namun belum bisa meraih juara. Hal ini tak membuatku putus asa, melainkan sebaliknya. Sedangkan di SMP aku pernah mewakili JUMBARA (Jumpa Bakti Gembira) Palang Merah Indonesia Se-ASEAN di Batam.
Setelah SMP aku mondok di Ponpes Madrasatul Qur’an Tebuireng Jombang Jawa Timur. ‘Ala kullihal aku mendapatkan beasiswa untuk mondok disana selama tiga tahun oleh dari seseorang. Tepat pada 30 Juni 2011 dihari ulang tahun ibuku aku mulai melangkahkan kaki untuk berhijrah. Aku berangkat bersama rombongan yang lain, kami berangkat menggunakan kapal PELNI. Keluargaku hanya menghantarkan hingga di Pelabuhan karna keterbatasan dana kala itu. Sekitar 3 hari menempuh perjalanan sampailah kami di Kota Santri Jombang.
Banyak kisah bahagia, sedih maupun pahit ku alami di kota ini. Tiga tahun berlanjut tercapailah cita-cita menjadi seorang yang hafal Al-Qur’an. Tamat Aliyah aku melanjutkan pengabdian sekaligus tabarrukan di kota Khatulistiwa Pontianak. Sekitar setahun aku berada di kota ini. Banyak kenangan di dalamnya. Di kota ini aku juga pernah mengikuti MTQ tingkat kecamatan dan kota. Alhamdulillah hasilnya memuaskan.
Sekarang aku kuliah di Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta semester V. Sedangkan domisiliku di Pesantren Lingkar Studi Al-Qur'an (eLSiQ). Pesantren yang berada di dalam perumahan, disinilah aku banyak mengetahui arti kehidupan dan belajar mengabdi kepada masyarakat. Kedepan aku berharap bisa membangunkan mudghah keluarga, kampung, kota, dan negara yang telah lama tertidur. Terlepas dari semua itu tidak ada kuasa melainkan kuasa Tuhan yang mampu merubah segalanya, namun aku berharap bisa menjadi miftah (kunci) untuk nya. Wallahua’lam Bishawab.
Esai ini saya lampirkan demi memenuhi persyaratan Beasiswa Baituzzakah Pertamina (BAZMA). Sekian Terimakasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar